MAKALAH
PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN PADA NEONATUS
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia dan pertolongan-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah
ini. Selain bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Biologi Dasar dan Pengembangan yang diberikan oleh Ibu Yulianik, S. KM, M.Biomed di sisi lain kami juga ingin menambah pengetahuan
kami di bidang Biologi Dasar dan
Pengembangan.
Sumber materi disadur dari internet guna menunjang
keakuratan materi yang nantinya akan di sampaikan. Agar
pembaca memjadi lebih banyak tahu dan mendapat materi yang tepat mengenai “Perubahan Sistim Pencernaan Pada
Neonatus” dari sistim yang bekerja dan
ganguan serta cara mengatasi masalah pencernaan pada neonatus.
Penulis sadar
akan keterbatasan kemampuan kami, maka dari itu penulis selalu membuka diri
untuk menerima berbagai masukan dan kritikan agar kelak kami bisa memberikan
yang lebih baik pada tugas-tugas berikutnya.
Malang, 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada
saat bayi lahir terdapat berbagai macam perubahan fisiologis atau adaptasi
fisiologis yang bertujuan untuk memfasilitasi penyesuaian pada kehidupan
ekstrauterin (diluar uterus). Pada masa transisi dari intrauterin (dalam
uterus) ke ekstrauterin (luar uterus)
terjadi perubahan-perubahan pada bayi, salah satunya adalah perubahan
sistem pencernaan menjadi organ dengan fungsi independen artinya tidak lagi
tergantung pada ibunya. Untuk itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang
baik untuk dapat menangani bayi yang mengalami kesulitan masa transisi ini.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana perubahan pada sistem
pencernaan bayi ?
2. Apa gangguan sistem pencernaan pada
neonatus ?
3. Bagaimana cara menanggulangi gangguan
sistem pencernaan pada neonatus ?
C.
Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan perubahan
sistem pencernaan pada neonatus
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan
mengenal gangguan sistem pencernaan pada neonatus
3. Mahasiswa mampu menanggulangi
gangguan sistem pencernaan pada neonatus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perubahan
Sistem Pencernaan pada Neonatus
Walaupun secara struktur dan fungsional sistem pencernaan
belum matang, saluran pencernaan mampu mencerna dan menyerap susu ibu dan
mengubah susu sapi serta membuang hasil sampah. Mulut dibentuk untuk
mempermudah menyusui. Langit-langit keras yang melengkung, otot pengisapan yang
kuat dalam mulut dan rahang, dan lapisan lemak pada pipi membantu bayi baru
lahir menjepit putting susu dan memeras areola mamae selama menyusui. Taste bud
bertempat terutama pada ujung lidah dapat membedakan antara manis dan asam.
Kelenjar ludah tidak matang dan produksi air ludah kurang.
Kemampuan lambung terbatas pada hari pertama kurang lebih
40-60 ml. Karena perut mudah kembung, kapasitas ditingkatkan saat makanan
diperkenalkan dan mencapai 90 ml pada banyak bayi usia 3-4 hari. Pepsinogen ada
dan mulai mencerna susu saat masuk lambung. Waktu pengosongan lambung kurang
lebih 2-4 jam. Sphinchter cardiak tidak matang dan terjadi sedikit regurgitasi
susu setelah menyususi merupakan hal yang umum pada bayi baru lahir.
Saluran intestinal neonatus secara proporsional lebih
panjang dari orang dewasa dan mempunyai permukaan pernyerapan yang besar.
Enzim-enzim yang penting untuk pencernaan sudah ada pada bayi baru lahir. Lemak
dicerna dan diserap kurang efektif karena jumlah lipase pankreas tidak cukup.
Lemak dalam air susu lebih mudah dicerna dari pada yang ada dalam susu sapi
karena dalam air susu ibu ada lipase.
Kemampuan
bayi untuk mencerna, menyerap dan metabolisme bahan makanan sudah adekuat
tetapi terbatas pada fungsi-fungsi tertentu. Terdapat enzim untuk
mengkatalisasi protein dan karbohidrat sederhana ( Monosakarida dan Disakarida
).
Perubahan Sistim Pencernaan pada Neonatus terdiri dari:
1. Mulut
Bibir
bayi baru lahir yang normal harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan
simetris. Lidah tidak memanjang atau menjulur diantara bibir. Jaringan
penunjang melekatkan ke sisi bawah lidah. Atap dari mulut (langit-langit keras)
harus tertutup, dan harus terdapat uvula (langit-langit lunak). Kadang- kadang
terdapat tonjolan putih kecil sepanjang langit-langit keras, yang di sebut “
Epsteins Pearls “, tempat menyatunya bagian langit-langit keras. Tonjolan
tersebut akan hilang sendirinya. Beberapa kelenjar saliva berfungsi pada saat lahir, kebanyakan neonatus belum
mensekresi saliva sampai dengan umur 2-3 bulan.
2. Lambung
Pada
saat lahir, kapasitas kerja lambung antara 30-60 ml dan meningkat dengan cepat
sehingga pada hari ke tiga dan keempat, kapasitanya mencapai 90ml. Bayi
membutuhkan makan yang jumlahnya sedikit tapi frekuensinya sering. Lambung bayi
akan kosong dalam waktu 2-4 jam. Bayi diberi ASI dari ibunya. Bayi yang diberi
ASI akan menghisap puting atau udara. Hal ini akan menimbulkan rasa kenyang
yang palsu karena lambung penuh. Maka harus di sendawakan sehingga bayi akan
minum susu lebih banyak.
3. Usus
Usus
pada bayi jika di bandingkan dengan panjang tubuh bayi terlihat sangat panjang.
Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang
kental/lengket yang di sebut mekonium. Yang biasanya keluar dalam 24 jam
pertama. Feses ini mengandung sejumlah cairan amnion, vernix, sekresi saluran
pencernaan, empedu, lanugo, dan zat sisa dari jaringan tubuh. Feses transisi
yang berwarna hijau kecoklatan keluar selama 2-3 hari. Feses pada bayi yang
menyusu pada hari ke 4 adalah hijau kekuningan/kuning emas, berair atau encer,
dan bereaksi terhadap asam. Feses dari bayi yang menyusu formula, biasanyau
berwarna kuning terang/kuning pucat, berbau, berbentuk garing agak keras netral
samapi sedikit alkali. Normalnya defekasi pertama dalam waktu 24 jam.
4. Sistem
Ginjal dan Keseimbangan Cairan
Pengeluaran
urine pada janin terjadi pada bulan ke empat. Sementara itu, pada saat lahir
fungsi ginjal bayi sebanding dengan 30% sampai 50% dari kapasitas dewasa dan
belum cukup matur untuk memekatkan urin. Artinya, pada semua bayi semua
struktur ginjal sudah ada tetapi kemampuan ginjal untuk mengosentrasikan urine
dan mengatur kondisi cairan serta fluktuasi elektrolit belum maksimal. Namun
demikian, urin terkumpul dalam kandung kemih bayi biasanya dalam waktu 24 jam
pertama kelahirannya. Volume pengeluaran urine total per 24 jam pada bayi baru
lahir sampai dengan akhir minggu pertama adalah sekita 200-300 ml, dengan
frekunsi 2-6 kali hingga 20 kali/hari. Penting untuk mencatat saat berkemih
pertama kali bila terjadi anuria
(ketidakmampuan untuk buang air kecil baik karena tidak dapat menghasilkan
urine atau karena memiliki sumbatan pada pada saluran kemih)
harus dilaporkan, karena hal ini mungin menandakan anomali kongenital (cacat lahir) dari sistem
perkemihan. Berat badan bayi biasanya turun 5%-15% pada hari ke empat sampai ke
lima. Hal ini salah satu peningkatan buang air besar, pemasukan kurang dan metabolisme meningkat. Setelah
hari kelima berat badab bayi biasanya meningkat kembali.Mengenai keseimbangan
cairan dan elektrolit, terjadi pada volume total pada tubuh, volume cairan
ekstra sel pada masa transisi janin ke fase pasca lahir. Pada masa janin,
cairan ekstraseluler lebih banyak daripada cairan intraseluler. Namun, hal ini
segera berganti pada pasca natal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena
pertumbuhan yang membutuhkan cairan ekstraseluler.
B. Gangguan Sistem Pencernaan pada
Neonatus dan Cara Mengatasinya
1. Irritable Bowel
Syndrome.
Gangguan
fungsi seluruh sistem pencernaan bayi sehingga menyebabkan sakit perut,
sembelit, atau diare. Penyebabnya belum
diketahui pasti. Beberapa ahli memperkirakan berkaitan dengan kontraksi usus
yang tidak normal.
Gejalanya,
kebiasaan buang air besar (BAB) berubah,
lebih sering jika diare dan lebih jarang jika sembelit.
Atasi dengan menghentikan pemberian makanan
atau minuman yang memicu timbulnya gejala, seperti yang banyak bumbu, terlalu
manis, asam atau asin.
2. Hipertrofi pilorus
stenosis (Hypertrophy Pyloric Stenosis).
Penyebabnya karena kelainan saluran
pencernaan, ditandai penyempitan saluran
usus 12 jari akibat penebalan otot
dinding usus, yang mengakibatkan makanan
akan dimuntahkan kembali oleh bayi.
Gejalanya, muntah yang biasanya muncul saat bayi berusia 2–12
minggu.
Atasi
dengan menjalani operasi kecil pada otot-otot pilorus yang disebut
pyloromyotomy. Operasi dilakukan dengan menyayat, tidak
memotong otot pilorus yang
menebal tapi melebarkan saluran.
3.Diare karena alergi.
Penyebabnya
alergi terhadap protein susu sapi, atau karena alergi pada makanan pengganti
ASI
Gejalanya,
diare berlendir dan terkadang terdapat darah, kulit gatal kemerahan dan batuk
berdahak.
Atasi dengan menghentikan pemberian susu sapi
kepada bayi dan menggantinya dengan susu kedelai atau tetap memberikan ASI, dan
hindari produk makanan yang mengandung bahan-bahan kimia, yang dapat
menyebabkan gangguan lain pada sistem pencernaan.
4.Usus terlipat.
Ini
terjadi bila satu bagian usus masuk ke dalam usus yang terletak di atasnya dan
terjadi secara spontan. Banyak dialami bayi yang usia 5-10 bulan.Penyebabnya belum diketahui.
Gejalanya
bayi menangis, muntah berupa cairan hijau, diare berdarah, dan bila ususnya sudah
tersumbat total, bayi tidak dapat buang
angin dan buang air besar.
Atasi
dengan memberi cairan kontras untuk mengetahui bagian usus yang terlipat atau dilakukan tindakan pembedahan.
5.Perdarahan saluran
cerna atas.
Bayi
muntah disertai bercak darah segar atau darah yang berwarna kehitaman seperti
kopi, akibat darah yang mengalami
denaturasi oleh asam lambung. Penyebabnya karena ada luka tukak dan duodenum (pada usus 12 jari) atau ada varises
pada kerongkongan yang pecah.
Gejalanya, muntah darah dan kotoran (feses)
yang dikeluarkan saat buang air besar berwarna hitam.
Atasi
dengan membawa bayi ke dokter atau rumah sakit terdekat.
6. Atresia bilier.
Gangguan
sistem pencernaan yang kerap dialami bayi di minggu pertama lahir. Gangguannya
berupa penyumbatan total aliran empedu akibat saluran empedu hilang sebagian
atau seluruhnya. Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun diduga berkaitan dengan infeksi oleh virus
Sitomegalo Rubella, Rotavirus, dan Reovirus tipe 3.
Gejalanya,
bayi kuning sejak lahir, buang air kecil berwarna coklat dan buang air besar berwarna putih seperti
dempul.
Atasi
dengan membawa bayi ke dokter, karena
biasanya diatasi dengan tindakan operasi,
tidak cukup dengan menjemur bayi
yang kuning selama 2-3 minggu.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dengan
terselesaikannya makalah ini, kelompok kami menyimpulkan bahwa terlahirnya
individu baru sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain dan individu baru
tersebut pasti mengalami suatu
adaptasipada perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem organ tubuh,
khususnya sistem pencernaan. Oleh karena itu, butuh pemahaman untuk mengenal perubahan-perubahan
pada sistem pencernaan neonatus sehingga bila terdapat suatu gangguan pada
adaptasi neonatus dapat segera diatasi.
2.
Saran
Saat
neonatus, bayi mengalami banyak perubahan pada sistem organ, dan membutuhkan
adaptasi. Oleh karena itu, dengan adanya makalah ini diharapkan kita dapat
lebih memperhatikan proses perubahan pada bayi, dan segera diberikan panangan
khusus bila ada gangguan.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar