Kamis, 08 Mei 2014

Biologi Dasar dan Pengembangan

MAKALAH
PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN PADA NEONATUS
 


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan pertolongan-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini. Selain bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Biologi Dasar dan Pengembangan yang diberikan oleh Ibu Yulianik, S. KM, M.Biomed di sisi lain kami juga ingin menambah pengetahuan kami di bidang Biologi Dasar dan Pengembangan.
Sumber  materi disadur dari internet guna menunjang keakuratan materi yang nantinya akan di sampaikan. Agar pembaca memjadi lebih banyak tahu dan mendapat materi yang tepat mengenai  “Perubahan Sistim Pencernaan Pada Neonatus”  dari sistim yang bekerja dan ganguan serta cara mengatasi masalah pencernaan pada neonatus.
            Penulis sadar akan keterbatasan kemampuan kami, maka dari itu penulis selalu membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritikan agar kelak kami bisa memberikan yang lebih baik pada tugas-tugas berikutnya.

Malang, 2014


Penulis









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada saat bayi lahir terdapat berbagai macam perubahan fisiologis atau adaptasi fisiologis yang bertujuan untuk memfasilitasi penyesuaian pada kehidupan ekstrauterin (diluar uterus). Pada masa transisi dari intrauterin (dalam uterus) ke ekstrauterin (luar uterus)  terjadi perubahan-perubahan pada bayi, salah satunya adalah perubahan sistem pencernaan menjadi organ dengan fungsi independen artinya tidak lagi tergantung pada ibunya. Untuk itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik untuk dapat menangani bayi yang mengalami kesulitan masa transisi ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perubahan pada sistem pencernaan bayi ?
2. Apa gangguan sistem pencernaan pada neonatus ?
3. Bagaimana cara menanggulangi gangguan sistem pencernaan pada neonatus ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan perubahan sistem pencernaan pada neonatus
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengenal gangguan sistem pencernaan pada neonatus
3. Mahasiswa mampu menanggulangi gangguan sistem pencernaan pada neonatus







BAB II
PEMBAHASAN

A.   Perubahan Sistem Pencernaan pada Neonatus
Walaupun secara struktur dan fungsional sistem pencernaan belum matang, saluran pencernaan mampu mencerna dan menyerap susu ibu dan mengubah susu sapi serta membuang hasil sampah. Mulut dibentuk untuk mempermudah menyusui. Langit-langit keras yang melengkung, otot pengisapan yang kuat dalam mulut dan rahang, dan lapisan lemak pada pipi membantu bayi baru lahir menjepit putting susu dan memeras areola mamae selama menyusui. Taste bud bertempat terutama pada ujung lidah dapat membedakan antara manis dan asam. Kelenjar ludah tidak matang dan produksi air ludah kurang.
Kemampuan lambung terbatas pada hari pertama kurang lebih 40-60 ml. Karena perut mudah kembung, kapasitas ditingkatkan saat makanan diperkenalkan dan mencapai 90 ml pada banyak bayi usia 3-4 hari. Pepsinogen ada dan mulai mencerna susu saat masuk lambung. Waktu pengosongan lambung kurang lebih 2-4 jam. Sphinchter cardiak tidak matang dan terjadi sedikit regurgitasi susu setelah menyususi merupakan hal yang umum pada bayi baru lahir.
Saluran intestinal neonatus secara proporsional lebih panjang dari orang dewasa dan mempunyai permukaan pernyerapan yang besar. Enzim-enzim yang penting untuk pencernaan sudah ada pada bayi baru lahir. Lemak dicerna dan diserap kurang efektif karena jumlah lipase pankreas tidak cukup. Lemak dalam air susu lebih mudah dicerna dari pada yang ada dalam susu sapi karena dalam air susu ibu ada lipase.
Kemampuan bayi untuk mencerna, menyerap dan metabolisme bahan makanan sudah adekuat tetapi terbatas pada fungsi-fungsi tertentu. Terdapat enzim untuk mengkatalisasi protein dan karbohidrat sederhana ( Monosakarida dan Disakarida ).



Perubahan Sistim Pencernaan pada Neonatus terdiri dari:
1.    Mulut
Bibir bayi baru lahir yang normal harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris. Lidah tidak memanjang atau menjulur diantara bibir. Jaringan penunjang melekatkan ke sisi bawah lidah. Atap dari mulut (langit-langit keras) harus tertutup, dan harus terdapat uvula (langit-langit lunak). Kadang- kadang terdapat tonjolan putih kecil sepanjang langit-langit keras, yang di sebut “ Epsteins Pearls “, tempat menyatunya bagian langit-langit keras. Tonjolan tersebut akan hilang sendirinya. Beberapa kelenjar saliva berfungsi  pada saat lahir, kebanyakan neonatus belum mensekresi saliva sampai dengan umur 2-3 bulan.

2.    Lambung
Pada saat lahir, kapasitas kerja lambung antara 30-60 ml dan meningkat dengan cepat sehingga pada hari ke tiga dan keempat, kapasitanya mencapai 90ml. Bayi membutuhkan makan yang jumlahnya sedikit tapi frekuensinya sering. Lambung bayi akan kosong dalam waktu 2-4 jam. Bayi diberi ASI dari ibunya. Bayi yang diberi ASI akan menghisap puting atau udara. Hal ini akan menimbulkan rasa kenyang yang palsu karena lambung penuh. Maka harus di sendawakan sehingga bayi akan minum susu lebih banyak.

3.      Usus
Usus pada bayi jika di bandingkan dengan panjang tubuh bayi terlihat sangat panjang. Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang kental/lengket yang di sebut mekonium. Yang biasanya keluar dalam 24 jam pertama. Feses ini mengandung sejumlah cairan amnion, vernix, sekresi saluran pencernaan, empedu, lanugo, dan zat sisa dari jaringan tubuh. Feses transisi yang berwarna hijau kecoklatan keluar selama 2-3 hari. Feses pada bayi yang menyusu pada hari ke 4 adalah hijau kekuningan/kuning emas, berair atau encer, dan bereaksi terhadap asam. Feses dari bayi yang menyusu formula, biasanyau berwarna kuning terang/kuning pucat, berbau, berbentuk garing agak keras netral samapi sedikit alkali. Normalnya defekasi pertama  dalam waktu 24 jam.



4.      Sistem Ginjal dan Keseimbangan Cairan
Pengeluaran urine pada janin terjadi pada bulan ke empat. Sementara itu, pada saat lahir fungsi ginjal bayi sebanding dengan 30% sampai 50% dari kapasitas dewasa dan belum cukup matur untuk memekatkan urin. Artinya, pada semua bayi semua struktur ginjal sudah ada tetapi kemampuan ginjal untuk mengosentrasikan urine dan mengatur kondisi cairan serta fluktuasi elektrolit belum maksimal. Namun demikian, urin terkumpul dalam kandung kemih bayi biasanya dalam waktu 24 jam pertama kelahirannya. Volume pengeluaran urine total per 24 jam pada bayi baru lahir sampai dengan akhir minggu pertama adalah sekita 200-300 ml, dengan frekunsi 2-6 kali hingga 20 kali/hari. Penting untuk mencatat saat berkemih pertama kali bila terjadi anuria (ketidakmampuan untuk buang air kecil baik karena tidak dapat menghasilkan urine atau karena memiliki sumbatan pada pada saluran kemih) harus dilaporkan, karena hal ini mungin menandakan anomali kongenital (cacat lahir) dari sistem perkemihan. Berat badan bayi biasanya turun 5%-15% pada hari ke empat sampai ke lima. Hal ini salah satu peningkatan buang air besar, pemasukan  kurang dan metabolisme meningkat. Setelah hari kelima berat badab bayi biasanya meningkat kembali.Mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit, terjadi pada volume total pada tubuh, volume cairan ekstra sel pada masa transisi janin ke fase pasca lahir. Pada masa janin, cairan ekstraseluler lebih banyak daripada cairan intraseluler. Namun, hal ini segera berganti pada pasca natal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena pertumbuhan yang membutuhkan cairan ekstraseluler.


B. Gangguan Sistem Pencernaan pada Neonatus dan Cara Mengatasinya
1. Irritable Bowel Syndrome.
Gangguan fungsi seluruh sistem pencernaan bayi sehingga menyebabkan sakit perut, sembelit, atau diare.  Penyebabnya belum diketahui pasti. Beberapa ahli memperkirakan berkaitan dengan kontraksi usus yang tidak normal.
Gejalanya, kebiasaan buang air besar (BAB) berubah,  lebih sering  jika diare dan  lebih jarang jika sembelit.
 Atasi dengan menghentikan pemberian makanan atau minuman yang memicu timbulnya gejala, seperti yang banyak bumbu, terlalu manis, asam atau asin.
2. Hipertrofi pilorus stenosis (Hypertrophy Pyloric Stenosis).
 Penyebabnya karena kelainan saluran pencernaan, ditandai penyempitan  saluran usus 12 jari akibat penebalan  otot dinding usus, yang mengakibatkan  makanan akan dimuntahkan kembali oleh bayi.
 Gejalanya, muntah yang  biasanya muncul saat bayi berusia 2–12 minggu.
Atasi dengan menjalani operasi kecil pada otot-otot pilorus yang disebut pyloromyotomy. Operasi dilakukan dengan menyayat,  tidak  memotong otot pilorus  yang menebal tapi melebarkan saluran.
3.Diare karena alergi.
Penyebabnya alergi terhadap protein susu sapi, atau karena alergi pada makanan pengganti ASI
Gejalanya, diare berlendir dan terkadang terdapat darah, kulit gatal kemerahan dan batuk berdahak.
 Atasi dengan menghentikan pemberian susu sapi kepada bayi dan menggantinya dengan susu kedelai atau tetap memberikan ASI, dan hindari produk makanan yang mengandung bahan-bahan kimia, yang dapat menyebabkan gangguan lain pada sistem pencernaan.
4.Usus terlipat.
Ini terjadi bila satu bagian usus masuk ke dalam usus yang terletak di atasnya dan terjadi secara spontan. Banyak dialami bayi yang usia  5-10 bulan.Penyebabnya belum diketahui.
Gejalanya bayi menangis, muntah berupa  cairan  hijau, diare berdarah, dan bila ususnya sudah tersumbat total,  bayi tidak dapat buang angin dan buang air besar.
Atasi dengan memberi cairan kontras untuk mengetahui bagian usus yang terlipat  atau dilakukan tindakan pembedahan.
5.Perdarahan saluran cerna atas.
Bayi muntah disertai bercak darah segar atau darah yang berwarna kehitaman seperti kopi,  akibat darah yang mengalami denaturasi oleh asam lambung. Penyebabnya karena ada luka tukak dan  duodenum (pada usus 12 jari) atau ada varises pada kerongkongan yang pecah.
 Gejalanya, muntah darah dan kotoran (feses) yang dikeluarkan saat buang air besar berwarna hitam.
Atasi dengan membawa bayi ke dokter atau rumah sakit terdekat.
6. Atresia bilier.
Gangguan sistem pencernaan yang kerap dialami bayi di minggu pertama lahir. Gangguannya berupa penyumbatan total aliran empedu akibat saluran empedu hilang sebagian atau seluruhnya. Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun diduga  berkaitan dengan infeksi oleh virus Sitomegalo Rubella, Rotavirus, dan Reovirus tipe 3.
Gejalanya, bayi kuning sejak lahir, buang air kecil berwarna coklat dan  buang air besar berwarna putih seperti dempul.
Atasi dengan membawa bayi  ke dokter, karena biasanya diatasi dengan tindakan operasi,  tidak cukup dengan menjemur bayi  yang kuning  selama 2-3 minggu.










BAB III
 PENUTUP
1.      Kesimpulan
Dengan terselesaikannya makalah ini, kelompok kami menyimpulkan bahwa terlahirnya individu baru sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain dan individu baru tersebut  pasti mengalami suatu adaptasipada perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem organ tubuh, khususnya sistem pencernaan. Oleh karena itu, butuh pemahaman untuk mengenal perubahan-perubahan pada sistem pencernaan neonatus sehingga bila terdapat suatu gangguan pada adaptasi neonatus dapat segera diatasi.

2.      Saran
Saat neonatus, bayi mengalami banyak perubahan pada sistem organ, dan membutuhkan adaptasi. Oleh karena itu, dengan adanya makalah ini diharapkan kita dapat lebih memperhatikan proses perubahan pada bayi, dan segera diberikan panangan khusus bila ada gangguan.












Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar