Rabu, 04 Februari 2015

ASKEB



ASUHAN KEBIDANAN
PADA An. ”E” DENGAN DIAGNOSA MEDIS DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER
DIRUANG MATARAM RSUD Prof. Dr. SOEKANDAR MOJOSARI MOJOKERTO


                                               http://www.widyagamahusada.ac.id/admin_baru/gambar/Logo%20Stikes%20%20WGH%204(1).png
                                                                                                         

DISUSUN OLEH:
NAMA: EKA WIDJI ASTUTI
NIM: 1312.15401.763

PROGRAM STUDY DIII KEBIDANAN
STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG
2014/2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan ini. Dalam penyusunan laporan ini kami banyak mendapatkan bimbingan pengalaman dan bantuan dari berbagai pihak untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang kesehatan. Khususnya kami mahasiswa akademi kebidanan yang masih banyak butuh bimbingan dan pengajaran yang baik dan benar. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih kepada :
1.      Ibu Jiarti Kusbandiyah  P, S.SiT.,M.Kep selaku dosen pembimbing
2.      Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moral, material dan spiritual.
3.      Teman-teman yang telah membantu dan memberikan semangat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pengkajian laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan baik demi kemajuan penulisan laporan ini.











BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      LATAR BELAKANG

DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam,nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti ; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.






1.2  TUJUAN PENULISAN
            1.2.1 Tujuan Umum
                        Untuk menyelesaikan tugas askeb yang diberikan dan sesuai dengan latar belakang diatas maka penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan kepada pasien dan keluarga dan melakukan asuha kebidanan yang baik sehingga permasalaha tersebut dapat diatasi dengan baik.
1.2.2    Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian data baik data subyektif maupun obyektif dengan kehamilan normal
b. Mampu mengevaluasi kesenjangan antara teori dan praktik
c. Dapat memberikan alternative pemecahan masalah apabila ditemukan kesenjangan masalah
d. Mampu melakuakn evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan dari awal sampai akhir dengan kehamilan normal

1.3  MANFAAT

Setelah membaca asuahan kebidanan ini, diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan pada An. “E” usia 7 tahun 6 bulan dengan sakit Dengue Haemorrhagic Fever. Sesuai dengan diagnose dan masalah yang ada menurut teori dan menerapkan pada praktek lapangan secara langsung serta mendeteksi secara dini dengan menangani adanya komplikasi dengan cepat dan tepat.


1.4  METODE PENULISAN

Teknik pengumpulan data diperolrh melalui :

1.4.1        Studi Kasus
Dengan melihat dan mempelajari kasus dari rekam medis Rumah Sakit Prof. Dr. Soekandar Mojokerto

1.4.2        Studi Kepustakaan
Dengan membaca dan mempelajari buku – buku referensi yang berhubungan dengan masalah yang ditulis. Tujuannya agar mendapat data dasar yang teoritis dan bersifat ilmiah.

1.4.3        Observasi
Dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap pasien tentang  keadaan dan perkembangan kondisinya dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

1.4.4        Wawancara
Dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan tenaga kesehatan (dokter, perawat dan bidan ) tentang hal – hal yang berhubungan dengan masalah kesehatan anak dan pada anak tentang riwayat kesehatan dan  identitas anak. Tujuannya untuk memperoleh data secara langsung dari sumber data.

1.5  SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I       : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, tujuan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II      : Tinjauan Pustaka
Berisi tentang definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan
BAB III    : Tinjauan Kasus
 Berisi tentang pengkajian data, menetapkan analisa, penatalaksanaan beserta evaluasi tindakan
BAB IV    : Penutup
                  Berisi tentang kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA


BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT

A.      DEFINISI

DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.( Hendarwanto; 417; 2004 )
DHF adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus ( arthropodbora virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes albopictus dan Aedes agypty ). ( Ngastiyah; 341; 1997 )
DHF adalah penyakit demam yang disebabkan oleh virus disertai demam akut, perdarahan, tedensi syok. ( Suryanah; 191; 1996 )

B.       ETIOLOGI

Virus dengue tergolong dalam family / suku / grup Flaviviridae, virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang terdiri dari 4 tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 (virus dengue tipe 1-4). Infeksi oleh satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas yang menetap terhadap infeksi virus yang bersangkutan pada masa yang akan datang. Namun, hanya memberikan imunitas yang sementara dan parsial terhadap infeksi virus lainnya.Wabah dengue juga telah disertai Aedes albopictus, Aedess polinienssiss, Aedess scuttellariss tetapi vector tersebut kurang efektif dan kurang berperan karena nyamuk-nyamuk tersebut banyak terdapat didaerah perkebunan dan semak-semak, sedangkan Aedes aegypti banyak tinggal di sekitar pemukiman penduduk.

C.      TANDA DAN GEJALA
1.     Derajat I ( ringan )      :  demam mendadak 2 – 7 hari, uji tourniquet positif, kepala pusing, badan mulai pegal – pegal, batuk, muntah, suhu tubuh 38 – 39 C.
2.     Derajat II ( sedang )    :  perdarahan gusi, hematemesis / melena, ujung jari dan hidung teraba dingin, gelisah, muntah, gangguan aliran darah perifer, ganguan rasa aman dan nyaman.
3.     Derajat III ( berat )     :  ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( kurang dari 20 mmHg ) atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah.
4.     Derajat IV ( syok )      :  anak syok dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur. ( Hendarwanto; 423; 2004 )
Menurut WHO ( 1986 ) :
Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari, kemudian turun secara lisis. Demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah nyeri pada punggung, tulang, persendian, kepala:
a.       Manifestasi perdarahan :
1)      Uji tourniquet positif
2)      Petekia, purpura, ekimosis
3)      Epitaksis, perdarahan gusi
4)      Hematemesis, melena
b.      Pembesaran hati yang nyeri tekan tanpa ikterus
c.       Dengan / tanpa renjatan
         Renjatan biasanya terjadi saat demam menurun. Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
d.      Kenaikan nilai hematokrit / hemokonsentrasi

D.   PATOFISIOLOGI
Fenemona patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstraseluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah verimia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal – pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik – bintik merah pada kulit ( petekie ), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa ( splenomegali ).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan ( syok ).
Hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit > 20% ) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran ( perembesan ) plasma ( plasma leakage ) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu pada penerita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemikonsentrasi yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apanila tidak seger adiatasi dengan baik. Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda – tanda perdarahan hampir diseluruh alat tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. Hati umumnya membesar denga perlemakan dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau parasentral lobulus hati.( Effendy; 1; 1995 )

D.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Darah
Terjadi trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta hipokloremia. SGOT, SGPT, ureum dan pH darah mungkin meningkat, sedangkan reserve alkali merendah.
2.      Air Seni
Mungkin ditemukan albuminaria ringan.
3.      Sumsum Tulang
Pada awal sakit biasanya hiposeluler kemudian pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi.
4.      Serologi
a.       Serum ganda : pada masa akut dan konvalesen. Kenaiakan antibody antidengue sebanyak minimal 4 kali. Uji peningkatan komplemen ( PK ), uji neutralisasi ( NT ) dan uji dengue blot.
b.      Serum tunggal : ada atau tidaknya atau titer tertentu antibody antidengue. Uji dengan blot, Uji Ig M antidengue.
5.      Isolasi virus
Bahannya adalah darah pasien, jaringan – jaringan baik dari pasien hidup melalui biopsi , dari pasien yang meninggal melalui otopsi ( Hendarwanto; 422; 2004

E.       PENATALAKSANAAN

1.     Penatalaksanaan DHF tanpa penyakit :
a.     Tirah baring
b.     Makanan lunak. Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5 – 2 liter dalam 24 jam ( susu, air dengan gula atau sirop ) atau air  tawar ditambah dengan garam saja.
c.      Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberi kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinia atau diperon dan jang diberikan asetosal karena bahaya pendarahan.
d.     Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
2.      Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :
a.       Pemasangan infuse dan dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan diatasi.
b.      Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4 – 6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
Pada pasien DSS diberi cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti Na Cl, laktat ringer yang dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tak tampak pernaikan dapat diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran atau preparat hemase, sejumlah 15 – 29 ml/kg berat beban dan dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila pada pemeriksaan didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfuse darah. ( Mansjoer; 432; 2001 )




BAB III (SOAP)













BAB IV
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Banyak cara untuk menurunkan insiden terjadinya DHF. Karena vektor dari DHF adalah nyamuk Aedes aegypti , maka ada beberapa hal yang sebaiknya dilaksanakan untuk memutuskan rantai penyakit:
Tanpa insektisida:
Menguras bak mandi,tempayan,drum,dll minimal seminggu   sekali.
Menutup penampungan air rapat- rapat.
Membersihkan pekarangan dari kaleng bekas,botol bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang.
Dengan insektisida:
Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa: biasanya dengan fogging/pengasapan.
Abate untuk membunuh jentik nyamuk dengan cara ditabur pada bejana- bejana tempat penampungan air bersih dengan dosis 1 gram Abate SG 1% per 10 liter air.

B. SARAN
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada anak dengan DHF ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik kebidanan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.









DAFTAR PUSTAKA



Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media Aesculapius.
Wahyudin, Rajab.2008.Epidermiologi Kebidanan. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Jual-Moyet.(2008). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC.
Ginanjar, Genis. 2008. Demam Berdarah. Yogyakarta : PT Bentang Pustaka