ASUHAN KEBIDANAN
PADA An. ”E” DENGAN DIAGNOSA MEDIS DENGUE
HAEMORRHAGIC FEVER
DIRUANG MATARAM RSUD Prof. Dr.
SOEKANDAR MOJOSARI MOJOKERTO
DISUSUN OLEH:
NAMA: EKA WIDJI ASTUTI
NIM: 1312.15401.763
PROGRAM STUDY DIII KEBIDANAN
STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan ini. Dalam penyusunan laporan
ini kami banyak mendapatkan bimbingan pengalaman dan bantuan dari berbagai
pihak untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang kesehatan.
Khususnya kami mahasiswa akademi kebidanan yang masih banyak butuh bimbingan
dan pengajaran yang baik dan benar. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Ibu
Jiarti Kusbandiyah P, S.SiT.,M.Kep
selaku dosen pembimbing
2. Orang
tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moral, material dan spiritual.
3. Teman-teman
yang telah membantu dan memberikan semangat.
Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa pengkajian laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan baik
demi kemajuan penulisan laporan ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada
masyarakat awam sering disebut sebagai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue
disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan
oleh virus Dengue dengan gejala utama demam,nyeri otot, dan sendi diikuti
dengan gejala pendarahan spontan seperti ; bintik merah pada kulit,mimisan,
bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini
mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi
yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD
menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis.
Disetiap negara penyakit
DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD
pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar
keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya
korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen
penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor
geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam
manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah
berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada
banyak negara tropis dan sub tropis.
1.2
TUJUAN PENULISAN
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk menyelesaikan
tugas askeb yang diberikan dan sesuai dengan latar belakang diatas maka
penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan kepada pasien
dan keluarga dan melakukan asuha kebidanan yang baik sehingga permasalaha
tersebut dapat diatasi dengan baik.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan
pengkajian data baik data subyektif maupun obyektif dengan kehamilan normal
b. Mampu mengevaluasi
kesenjangan antara teori dan praktik
c. Dapat memberikan alternative pemecahan masalah apabila
ditemukan kesenjangan masalah
d. Mampu melakuakn evaluasi dari tindakan yang telah
dilakukan dari awal sampai akhir dengan kehamilan normal
1.3 MANFAAT
Setelah membaca asuahan kebidanan ini, diharapkan
mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan pada An. “E” usia 7 tahun 6 bulan
dengan sakit Dengue Haemorrhagic Fever. Sesuai dengan diagnose dan masalah yang
ada menurut teori dan menerapkan pada praktek lapangan secara langsung serta
mendeteksi secara dini dengan menangani adanya komplikasi dengan cepat dan
tepat.
1.4 METODE PENULISAN
Teknik
pengumpulan data diperolrh melalui :
1.4.1
Studi
Kasus
Dengan melihat dan mempelajari kasus dari rekam
medis Rumah Sakit Prof. Dr. Soekandar Mojokerto
1.4.2
Studi
Kepustakaan
Dengan membaca
dan mempelajari buku – buku referensi yang berhubungan dengan masalah yang
ditulis. Tujuannya agar mendapat data dasar yang teoritis dan bersifat ilmiah.
1.4.3
Observasi
Dengan melakukan
pengamatan secara langsung terhadap pasien tentang keadaan dan perkembangan kondisinya dengan
cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
1.4.4
Wawancara
Dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung dengan tenaga kesehatan (dokter, perawat
dan bidan ) tentang hal – hal yang berhubungan dengan masalah kesehatan anak
dan pada anak tentang riwayat kesehatan dan identitas anak. Tujuannya untuk memperoleh
data secara langsung dari sumber data.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB
I : Pendahuluan
Berisi tentang
latar belakang, tujuan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB
II : Tinjauan Pustaka
Berisi tentang definisi,
etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan
BAB
III : Tinjauan Kasus
Berisi
tentang pengkajian data, menetapkan analisa, penatalaksanaan beserta evaluasi
tindakan
BAB
IV : Penutup
Berisi
tentang kesimpulan dan saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi yang biasanya memburuk setelah
dua hari pertama.( Hendarwanto; 417; 2004 )
DHF adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (
arthropodbora virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes
albopictus dan Aedes agypty ). ( Ngastiyah; 341; 1997 )
DHF adalah penyakit demam yang disebabkan oleh virus
disertai demam akut, perdarahan, tedensi syok. ( Suryanah; 191; 1996 )
B. ETIOLOGI
Virus dengue tergolong dalam family / suku / grup Flaviviridae,
virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang terdiri dari 4 tipe
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 (virus dengue tipe 1-4). Infeksi oleh satu
tipe virus dengue akan memberikan imunitas yang menetap terhadap infeksi virus
yang bersangkutan pada masa yang akan datang. Namun, hanya memberikan imunitas
yang sementara dan parsial terhadap infeksi virus lainnya.Wabah dengue juga
telah disertai Aedes albopictus, Aedess polinienssiss, Aedess scuttellariss
tetapi vector tersebut kurang efektif dan kurang berperan karena nyamuk-nyamuk
tersebut banyak terdapat didaerah perkebunan dan semak-semak, sedangkan Aedes
aegypti banyak tinggal di sekitar pemukiman penduduk.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Derajat I ( ringan
) : demam mendadak 2 – 7 hari, uji tourniquet
positif, kepala pusing, badan mulai pegal – pegal, batuk, muntah, suhu tubuh
38 – 39 C.
2. Derajat II ( sedang
) : perdarahan gusi, hematemesis / melena, ujung jari
dan hidung teraba dingin, gelisah, muntah, gangguan aliran darah perifer,
ganguan rasa aman dan nyaman.
3. Derajat III ( berat
) : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan
adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( kurang dari 20 mmHg ) atau
hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah.
4. Derajat IV ( syok )
: anak syok dengan nadi tak teraba dan tekanan
darah yang tidak dapat diukur. ( Hendarwanto; 423; 2004 )
Menurut
WHO ( 1986 ) :
Demam
akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari, kemudian turun secara lisis. Demam
disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah nyeri pada punggung,
tulang, persendian, kepala:
a. Manifestasi
perdarahan :
1)
Uji tourniquet positif
2)
Petekia, purpura, ekimosis
3)
Epitaksis, perdarahan gusi
4)
Hematemesis, melena
b. Pembesaran hati yang nyeri
tekan tanpa ikterus
c. Dengan / tanpa
renjatan
Renjatan
biasanya terjadi saat demam menurun. Renjatan yang terjadi pada saat demam
biasanya mempunyai prognosis buruk.
d. Kenaikan nilai hematokrit /
hemokonsentrasi
D.
PATOFISIOLOGI
Fenemona patologis yang utama pada penderita DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma ke ruang ekstraseluler.
Hal
pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah verimia
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal – pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik – bintik merah pada kulit (
petekie ), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran limpa ( splenomegali ).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan ( syok ).
Hemokonsentrasi
( peningkatan hematokrit > 20% ) menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran ( perembesan ) plasma ( plasma leakage ) sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu pada
penerita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk
mengetahui berapa persen hemikonsentrasi yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah
trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya
edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika
renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apanila tidak seger adiatasi dengan baik.
Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda – tanda
perdarahan hampir diseluruh alat tubuh, seperti di kulit, paru, saluran
pencernaan dan jaringan adrenal. Hati umumnya membesar denga perlemakan dan
koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau parasentral lobulus hati.( Effendy;
1; 1995 )
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
Terjadi
trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif. Pada
pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta
hipokloremia. SGOT, SGPT, ureum dan pH darah mungkin meningkat, sedangkan
reserve alkali merendah.
2. Air Seni
Mungkin
ditemukan albuminaria ringan.
3. Sumsum Tulang
Pada
awal sakit biasanya hiposeluler kemudian pada hari ke 5 dengan gangguan
maturasi.
4. Serologi
a.
Serum ganda : pada masa akut dan konvalesen. Kenaiakan antibody antidengue
sebanyak minimal 4 kali. Uji peningkatan komplemen ( PK ), uji neutralisasi (
NT ) dan uji dengue blot.
b.
Serum tunggal : ada atau tidaknya atau titer tertentu antibody antidengue. Uji
dengan blot, Uji Ig M antidengue.
5. Isolasi virus
Bahannya
adalah darah pasien, jaringan – jaringan baik dari pasien hidup melalui biopsi
, dari pasien yang meninggal melalui otopsi ( Hendarwanto; 422; 2004
E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan DHF tanpa
penyakit :
a. Tirah baring
b. Makanan lunak. Bila belum ada
nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5 – 2 liter dalam 24 jam ( susu,
air dengan gula atau sirop ) atau air tawar ditambah dengan garam saja.
c. Medikamentosa yang bersifat
simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberi kompres, antipiretik golongan
asetaminofen, eukinia atau diperon dan jang diberikan asetosal karena bahaya
pendarahan.
d. Antibiotik diberikan bila
terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
2. Pada pasien dengan tanda
renjatan dilakukan :
a. Pemasangan infuse dan
dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan diatasi.
b. Observasi keadaan umum,
nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4 – 6
jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
Pada
pasien DSS diberi cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti Na
Cl, laktat ringer yang dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan
teratasi. Bila tak tampak pernaikan dapat diberikan plasma atau plasma
ekspander atau dekstran atau preparat hemase, sejumlah 15 – 29 ml/kg berat
beban dan dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila pada
pemeriksaan didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfuse darah. (
Mansjoer; 432; 2001 )
BAB III (SOAP)
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Banyak cara untuk menurunkan insiden terjadinya DHF. Karena
vektor dari DHF adalah nyamuk Aedes aegypti , maka ada beberapa hal yang
sebaiknya dilaksanakan untuk memutuskan rantai penyakit:
Tanpa
insektisida:
Menguras
bak mandi,tempayan,drum,dll minimal seminggu sekali.
Menutup
penampungan air rapat- rapat.
Membersihkan
pekarangan dari kaleng bekas,botol bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang.
Dengan
insektisida:
Malathion
untuk membunuh nyamuk dewasa: biasanya dengan fogging/pengasapan.
Abate
untuk membunuh jentik nyamuk dengan cara ditabur pada bejana- bejana tempat
penampungan air bersih dengan dosis 1 gram Abate SG 1% per 10 liter air.
B. SARAN
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep
pada anak dengan DHF ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang
pendidikan dan praktik kebidanan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi
acuan untuk tindakan proses keperawatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Mansjoer, arif. 2001. Kapita
Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media Aesculapius.
Wahyudin, Rajab.2008.Epidermiologi
Kebidanan. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Jual-Moyet.(2008).
Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC.
Ginanjar, Genis. 2008. Demam
Berdarah. Yogyakarta : PT Bentang Pustaka